Senin, 07 Desember 2015

Dialek

PERBANDINGAN ANTAR DIALEK NGAPAK DI JAWA TENGAH


A.PENDAHULUAN
Bahasa Jawa mempunyai beberapa dialek yang bisa dibedakan dari ciri-ciri tertentu. Sepintas perbedaan itu dapat dilihat dari ucapan dan kosakatanya. Bahasa ngapak adalah kelompok bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah (Pemalang, Tegal, Brebes, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen). Meskipun sama-sama bahasa ngapak, namun tiap kota memiliki dialek yang berbeda satu sama lain. Perbedaannya terdapat pada intonasi, pengucapan, dan kosakata. Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen memiliki dialek yang sama yaitu dialek Banyumasan. Sementara untuk Tegal dialeknya sedikit berbeda sehingga disebut bahasa Jawa dialek Tegal. Dialek Tegal dipakai oleh sebagian besar masyarakat Kota dan Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, dan Pemalang.
B. PEMBAHASAN
Menurut Setiawan, bahasa ngapak adalah kelompok bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah. Logat bahasa ini berbeda dengan logat bahasa jawa lainnya. Bahasa ngapak dianggap sebagai logat bahasa Jawa tertua. Hal ini ditandai dengan digunakannya beberapa kata dalam bahasa Kawi atau Sansekerta yang merupakan nenek moyang dari bahasa Jawa, seperti kata “inyong” yang berasal dari bahasa Kawi yaitu “ingong”. Bahasa ngapak pada pengucapan setiap frasanya sama dengan yang tertulis, seperti kata “padha” tetap diucapkan pada bukan podho. Bahasa ngapak ini juga identik dalam pengucapan kata yang berakhiran konsonan –b, -g dan –k pasti diucapkan jelas. Misalnya pada kata wareg (kenyang), kapidhak (keinjak), dan tengkureb (tengkurap) pasti orang ngapak dalam pengucapannya tebal pada huruf konsonan terakhir.
Meskipun bahasa ngapak ini terbatas hanya dituturkan oleh masyarakat di Jawa Tengah bagian barat, namun bahasa ngapak memiliki aksen yang berbeda-beda. Sebagai contoh masyarakat di daerah Tegal, dialek bahasa ngapak Tegal-an memiliki karakteristik yang lebih cepat pengucapannya, berbeda dengan daerah di Cilacap, Banyumas, Purbalingga, dan Kebumen yang aksennya lebih lambat dalam hal pengucapannya. Kata “masuk” kata yang biasa dipakai oleh orang Banyumas adalah mlebu tetapi orang Tegal memakai kata manjing. Kedua kata tersebut sama-sama bahasa Jawa dan memiliki arti yang sama yaitu masuk kedalam ruangan. Kata manjing di kota Tegal karena pengaruh bahasa Sansekerta. Dalam tradisi budaya Jawa, bahasa sansekerta berada di atas krama inggil, bahasa Jawa yang dianggap paling alus. Kata “manjing” misalnya sering dipakai oleh para dalang dalam cerita pewayangan. Kata “manjing” digunakan secara khusus untuk menggambarkan ruh yang masuk ke dalam diri sang Arjuna. Tapi di Tegal, kata tersebut digunakan untuk sembarang kalimat yang berkonotasi “masuk”.
Contoh:
“Pitike manjing umah”  berarti “ayamnya masuk rumah” (dialek Tegal)
“Pitike mlebu umah” berarti “ayamnya masuk rumah” (dialek Banyumas)
Beberapa kosakata yang membedakan dialek Banyumas dan Tegal
Dialek Banyumas
Dialek Tegal
Inyong/nyong
Inyongnyong
Rika/koe
Koen
Banget/temen
Nemen
Kepriwe
Kepimen/pimen
Ora
Ora/belih
Mlebu
Manjing
Arep
Pan

1.Contoh dalam percakapn dialek Banyumas
A: Koe arep ngendi?
B: Nyong arep maring pasar malem. Arep melu?
A: Nang kana rame ora?
B: Rame banget. Kepriwe arep melu ora?
A: Mlebune mbayar ora?
B: Ya mbayar.
A: Ya wis nyong melu.

2. Contoh dalam percakapan dialek Tegal
A: Koen pan ngendi?
B: Nyong pan maring pasar malem. Pan melu?
A: Nang kana rame ora?
B: Rame nemen. Pimen pan melu ora?
A: Manjinge mbayar ora?
B: Ya mbayar.
A: Ya wis nyong melu.
            Dari contoh percakapan di atas terlihat perbedaan antara dialek Banyumas dan Tegal pada penggunaan katanya.
            Dialek Tegal juga digunakan pada wilayah Kabupaten Brebes kosakatanya hampir sama, seperti kata manjing dan pan juga digunakan oleh masyarakat Brebes. Walaupun Kabupaten Brebes dialeknya hampir sama dengan Tegal, namun ada yang membedakan yaitu dalam bidang leksikonnya. Kabupaten Brebes bagian selatan yang berbatasan dengan daerah-daerah berbahasa Sunda, ini menyebabkan bahasa Jawa Brebes terpengaruh oleh bahasa Sunda (Wikipedia). Pengucapannya terkadang kelihatan kesundaannya walaupun itu bahasa Jawa.
     Dialek Tegal juga digunakan di daerah Pemalang, tetapi karena Pemalang juga berbatasan dengan Pekalongan ini menjadikan perbedaan dialek yang digunakan oleh masyarakat Pemalang. Menurut Sunardi, Pemalang terbagi menjadi beberapa bagian yang menyebabkan perbedaan dialek yaitu dialek Pemalang Timur dan Pemalang Barat. Dialek Pemalang Timur bahasanya lebih halus dibandingkan dengan Pemalang Barat karena  Pemalang Timur berbatasan dengan Pekalongan ini menjadikan dialek yang digunakan di daerah ini sedikit dialek jawa ketimuran, sedangkan Pemalang Barat dipengaruhi oleh dialek Tegal.
Contoh:
Kata “aku’’ di Pemalang Barat masyarakatnya menggunakan kata “nyong” karena terpengaruh oleh dialek Tegal, sedangkan kata “aku” masyarakat Pemalang Timur tetap menggunakan kata “aku” bukan “nyong” karena terpengaruh dialek Pekalongan.
Di daerah Bumiayu (Kabupaten Brebes)  masyarakatnya menggunakan dialek Tegal, namun ada yang berbeda di daerah ini. Masyarakat Bumiayu sering menambahkan akhiran ra (diucapkan rha), untuk mengakhiri kalimat. Hal ini mungkin untuk menegaskan maksud dari kalimat tersebut, sedangkan pada dialek Banyumas digunakan kata “mbok” pada akhir kalimat untuk penegas.
Misalnya:
a. Kie tugase dikumpulna ngesuk ra? (di daerah Bumiayu)
b. Kie tugase dikumpulna ngesuk mbok? (di daerah Banyumas)
C. PENUTUP
Setiap daerah mempunyai ciri khas dialek bahasa sendiri, seperti daerah yang menggunakan bahasa jawa ngapak sebagai bahasa sehari-hari, ternyata terdapat perbedaan dalam penggunaan kata, intonasi dan gaya bahasanya. Dialek Banyumas tidak mengenal kata “manjing” mengenalnya kata “mlebu” tetapi daerah yang menggunakan Dialek Tegal menggunakan kata“manjing” itu dianggap karena terpengaruh bahasa Sansekerta. Dialek Tegal digunakan di daerah Tegal, Pemalang, Brebes, dan Bumiayu. Walaupun sama-sama menggunakan dialek Tegal ternyata setiap daerah ada juga perbedaannya. Pemalang yang berbatasan dengan Pekalongan menjadikan daerah Pemalang bagian timur terpengaruh oleh dialek Pekalongan. Brebes yang berbatasan dengan daerah yang menggunakan dialek sunda juga dalam pengucapan bahasa Jawa ngapaknya sedikit terpengaruh dialek sunda. Di daerah Bumiayu masyarakatnya menambahkan akhiran “ra” untuk mengakhiri kalimat, sedangkan pada daerah yang berdialek Banyumas digunakan kata “mbok” untuk mengakhiri kalimat yang bertujuan untuk penegas. Bahasa ngapak walaupun hanya digunakan oleh masyarakat daerah Jawa Tengah bagian Barat, ternyata banyak perbedaan setiap daerahnya.

Daftar Pustaka
Setyawan, Agus. 2011. “Bahasa Jawa dan Keanekaragamannya”.           
     adityagusetyawan.blogspot.in/2011/11/bahasa-jawa-dan-
     keanekaragamannya.html. (diunduh tanggal 21 Mei 2015).
Wikipedia. 2014. “Bahasa Jawa Brebes”.    
     id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa_Brebes. (diunduh tanggal 21 Mei   
     2015).
Sunardi. 2012. “Perbandingan Bahasa Jawa Dialek Pemalang dan Grobogan”.
      sunardijawa.blogspot.com/2012/03/perbandingan-bahasa-jawa-dialek.html.

     (diunduh tanggal 27 Mei 2015).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar